Friday, March 11, 2011

Ada Cinta yang Lain

   Debby tertegun di ruang tunggu. Didepannya ada lampu yang bertuliskan "OPERASI" sedang menyala, menandakan ada yang sedang bertarung, bukan bertarung seperti di game - game Street Fighter atau semacamnya, tapi bertarung dengan penyakit ganas yang sedang menggerogotinya. Ya, orang yang sedang memegang setengah hatinya Debby sedang berjuang memenangkan pertarungan itu. 
   "Sabar ya, Deb. Kira - kira kalo operasinya berhasil, setengah jam lagi mungkin Alvin keluar, kok. Pasti operasinya berhasil." Ujar Vera menyemangati Debby. Sekarang dia benar benar merasa iba dengan Debby. Debby menunggu Alvin setelah pulang sekolah. Untung saja, Debby membawa baju ganti. 
   "Kalau berhasil..." gumam Debby nyaris berbisik. "Operasi perkiraan berhasilnya cuma 50%." Debby menunduk. Dia sudah lelah. Tapi, dia ingat yang lelah bukan hanya dirinya, tapi semuanya. Alvin, ibunya Alvin, sahabatnya Alvin, semua yang mengenal Alvin.
   "Sorry ya, lama.Ngantri sih belinya." Kata Robby yang tiba tiba muncul sambil membawa 2 kaleng susu. Robby adalah kembarannya Alvin sekaligus salah satu sahabat Debby yang paling dekat. "Nih, diminum biar hangat." Dia menyerahkan 2 kaleng susu ke tangan Vera dan Debby. 
   Dokter Dony yang menangani operasi Alvin tiba - tiba keluar, "mana keluarga saudara Alvin?" Ibu Alvin yang menunggu agak dipojokkan langsung menghampirinya. Mereka berbicara sebentar, lalu tak berapa lama tangis Ibu Alvin pecah, membuat orang orang yang menunggu operasi Alvin penasaran tak terkecuali Debby, Vera dan Robby. 
   "Sabar ya, bu. Maaf kami telah gagal. Ibu dan semuanya harus terima kalo Alvin sudah pergi."
   Jdeer! Dihati Debby seakan ada petir yang menyamber. Dia paham mengapa Ibu Alvin sekaligus Robby menangis diiringi jeritan. Alvin sudah gak ada. Sudah gak bisa nemenin dia lagi. Tangis Debby yang daritadi sudah ditahannya, akhirnya pecah membanjiri pipi Debby yang putih pucat itu. 

***

   Wangi bunga - bunga pemakaman tercium segar di hidung semua hadirin termasuk Debby. Bau tanah yang basah karena diguyur air hujan semalaman menambah pekat aroma pemakaman ini. Debby menatap lekat palang nisan yang bertuliskan "Alvin Rizaldi".
   "Kenapa lo ninggalin gua secepat ini, Vin?" Tanyanya lirih nyaris berbisik. 
   "Deb, lo harus terima ini semua. Kita semua tahu ini berat. Tapi Deb, biarkan Alvin istirahat." Vera menyemangati Debby.
   Debby memeluk Vera, "eh, udah yuk, kita pulang." Robby menekan tombol yang ada dikuncinya, membuat mobilnya berbunyi bising di tengah pemakaman. Dia tak ingin melihat hal sedih ini terlalu lama karena bagaimanapun juga semua ini telah berlalu begitu saja. Ya, walau yang kini ditinggalkannya disini adalah kembarannya yang dari dulu sudah dia kagumi. 

***

   Malam ini Debby tak bisa tidur nyenyak seperti biasa. Berulang kali dia terbangun dan mengingat Alvin. Kini, Alvin selalu membayangi pikirannya. Daripada gak bisa tidur, Debby memutuskan membuka blog lamanya.

Halo, blog! Udah lama ya aku gak nulis. Sejak tau Alvin sakit berat, aku pun melupakanmu. 
Well, ini emang gak adil. Aku menulisimu lagi setelah Alvin gak ada. Yap, Alvin memang sudah tidak ada lagi. Kini dia telah istirahat dengan tenang untuk selamanya. Tidak perlu lagi dia mengkhawatirkan lagi apa yang menggerogotinya secara perlahan jaringan otaknya dan aku. Dia sudah tak peduli lagi, termasuk aku. Dia tak perlu memerdulikan aku lagi disini yang ditinggalkannya. Aku sedih, galau. 

PUBLISH POST

***

   Debby melangkah gontai kekelasnya. Biasanya setiap pagi dia berangkat bersama Robby dan Alvin. Tapi kali ini tidak karena Robby sama sekali gak bisa bawa mobil. Tiba - tiba Robby melintas di hadapannya tapi dia tak menghiraukannya. Kali ini dia males ngomong sama siapa pun apalagi Robby yang membuat luka hati Debby semakin perih karena Robby mirip dengan Alvin. 
   "Ya ampun, Deb. Lo kok ngacangin gua? Kenapa mata lo? Keliatan suram banget. Begadang?" Tegur Robby, perhatian. 
   "Iya, Rob." Sahutan Debby terdengar jelas kalo dia tak pengen diganggu. "Gua pengen kekelas dulu ya, Rob." Debby meninggalkan Robby yang terpana geje.
   'Sumpah ya, tuh anak tetep cantik' Batin Robby secara tak sadar sambil terdiam di tempat.

***

   Saat istirahat, Debby berkumpul dengan Vera dan Robby. Masing - masing hanya memesan milkshake favorit mereka.
   "Seandainya sekarang ada Alvin pasti asik ya." Kata Debby iseng. 
   Robby yang merasa dirinya gak dianggap, protes, "gua gimana? Gak asik ya?" 
   "Kalo lo mah, yang ada ngeresein, Rob." Timpal Debby sambil terkikik. Robby cemberut tapi dia tahu kalo Vera hanya bercanda. Diliriknya Debby.
   'Dia keliatan bosan ya' Batin Robby. "Deb," panggilnya, "lo kangen banget sama Alvin?"
   Debby tak menunjukkan respon apapun. Dia terlalu males berhadapan dengan makhluk yang satu ini karena wajahnya itu selalu mengingatkannya dengan Alvin. 
   "Deb, asal lo tau, ya. Aku sayang, cintanya gak kalah dari kakakku, Alvin. Gua sayang, cinta sama lo, Deb." Aku Robby.
   Debby dan Vera terdiam mendengar pengakuan Robby. Tak menyangka selama ini Robby memendam perasaannya ke Debby. "Bener?" Tanya Debby tak percaya. Itu kata pertama yang keluar dari lidah Debby. Robby mengangguk mantap. Debby serba salah, "hm, Rob. Kayaknya lo salah orang deh, Rob. Gua bukan buat lo. Masih banyak cewek lain yang lebih pantes dari gua. Lo ketos disini, Rob."
   Robby menggeleng,"gak, Deb. Gua pasti gak salah. Gua yakin sama perasaan gua, Deb."
   Debby menggeleng, "sorry, Rob. Hati gua unavailable." Debby beranjak dari kursinya, "yuk, Ver." Mereka meninggalkan Robby yang duduk sendiri dan matanya pergi mengikuti Debby berjalan. 
   'Suatu saat lo bakal tau rasa gua, Deb.'

***

   "Kenapa lo gak terima Robby aja, Ver?" Tanya Vera ditelpon.
   "Hah, terima? Ya gaklah, Ver. Kalo gua jadian sama Robby, lo dikemanain? Robby kan, cuma sahabat gua, Ver. Sama aja kayak lo." 
   "Iya, gua tau. Kan, pacar juga bisa jadi sahabat, Deb. Coba deh buka hati lo kayak lagu mana tuh, buka hatimuuuuu.... Coba buka hati lo buat dia. Please, deh. Jangan terpaku sama Alvin doang. Anggap aja Alvin udah ninggalin lo, nyampakin lo."
   Debby mulai berpikir. Diam - diam dia setuju juga dengan saran Vera. "Oke, deh. Bakal gua coba. Thanks, Ver." 
   "Oke, your welcome, Debby. Ganbatte ne!" Semangat Vera. "Udah ya, Deb. Gua mau pergi sama nyokap gua, bye." Vera menutup teleponnya dan Debby hanya memandangi layar stand by hpnya yang tak ada apa - apa. 
   'Bener juga kata Vera. Gua akan coba untuk membuka hati.' Suara alunan lagu "Datang dan Kembali"nya Vidi Aldiano terdengar lembut menggema di kamar Debby yang sunyi. Makin lama makin keras, mau gak mau Debby mengambil hpnya.

From : Robby nomer baru

Deb, kita jalan yuk. Gua udah di depan rumah lu ya :D

   Robby yang sms. Hah? Udah di depan rumah?! Debby segera membuka pintu ke balkon dan bener aja. Robby melambai sambil tersenyum. Debby buru - buru kebawah untuk menemui Robby.
   "Eh Rob, kok cepet banget sih? Mendadak lagi." Omelnya.
   "Hehe, supaya lo gak dandan. Soalnya gua suka lo apa adanya." Robby naik kemotornya dan menyodorkan helm buat Debby.
   "Kita mau kemana, Rob?" Robby menyalakan motornya.
   "Udah, liat aja nanti." Kata Robby misterius dan membuat Debby penasaran.
   Robby mengegas motornya dengan cepat sampai sampai Debby memegang jaket Robby. 
   Lama lama, Debby benar -benar tak tau dimana dia sekarang. Jalannya pun, belum pernah dia lalui. 
   "Nah, Ayo turun." Suruh Robby. Mereka berhentin di depan taman yang memiliki danau. Terlihat indah. 
   "Wah, keren banget, Rob!" Debby terkagum kagum melihat pemandangan sambil duduk di salah satu kursi taman yang berwarna putih karena satu - satunya yang menghadap ke danau. "Lo tau darimana tempat begini?" 
   "Yah, gimana, yah. Gua dulu suka main disini bareng Alvin. Lo belum pernah diajak kesini sama Alvin?" Debby menggeleng, "oh ya udah, yang penting sekarang lo tau kan tempat favorit kita berdua. Malam minggu kita disini aja ya." Robby ikut duduk disamping Debby. "Tapi, sebelum maghrib gua harus antar nona manis ini." Goda Robby.
   Mereka saling berpandangan. Saat - saat ini merupakan saat yang terindah bagi Robby. "Aku sayang sama kamu, Deb." Bisik Robby. Debby tidak kaget lagi mendengarnya. Dia tahu itu. 
   Mereka menatap air danau yang begitu tenang secara bersamaan. Seakan ikut membawa ketenangan di hati mereka masing - masing.
   "Oh ya, Deb. Nyokap gua mau ketemu sama lo. Yuk, kerumah gua dulu baru gua antar pulang." Robby beranjak dari kursi dan naik kemotornya. Debby ikut di belakangnya, tak berkata apa apa lagi. 
   Dalam hati Debby bertanya - tanya. Ada apa dengan ibunya Robby? Dia pikir ibunya Alvin sudah melupakannya begitu saja. 

***

   Rumah Robby masih sama seperti dulu. Tak ada yang berubah kecuali warna pagarnya yang masih segar karena dicat ulang. "Ayo, masuk." Robby membuka kan pagar dan pintu rumahnya. Debby pun masuk. Sepi. "Ma, Debby ada, nih." Seru Robby tak jelas arah omongannya kemana. 
   Tak berapa lama, Ibu Robby keluar, menyambut Debby dengan hangat. Robby naik ketangga mungkin menuju kamarnya. "Halo, nak Debby. Ibu udah denger banyak cerita dari Robby. Ayo, duduk." Debby duduk berhadapan dengan Ibu Robby. "Kamu masih belum bisa melupakan Alvin?" Ibu Robby tersenyum.
   Mau tak mau Debby mengangguk sambil malu - malu. "Iya, bu." 
   "Ibu nyuruh kamu kesini cuma mau ngasih ini." Dia memberikan sebuah surat yang masih rapi dan kaset CD. "Ini titipan dari Alvin." Air mata Ibu Robby menetes. "Ibu sama sekali belum membacanya. Silahkan nak Debby melihatnya dirumah."
   Robby muncul tiba - tiba. "Ma, Robby antar Debby, ya." Ibunya mengangguk dan tersenyum. 

***

   Dirumah, Debby merasa penasaran dan mulai menyetel videonya. Alvin. Alvin terlihat segar dan bersahaja di sana. Tak kekurangan apapun. 
   "Halo, Deb. Gua mau nyanyiin lagu ini khusus buat lo. Dengerin, ya." Lagunya Afgansyah Reza - "Terima Kasih Cinta" dibawakan Alvin dengan sempurna bagi Debby. Setelah lagu selesai, video pun mati. Debby membaca surat itu. 

To : Debby Febriana

   Debby,
   Mungkin setelah aku gak ada kamu baru ngeliat, ngebaca surat ini. Terima kasih kalo kamu mau baca surat ini yang kutulis cuma buat kamu. 
   Debby,
   Aku sayang kamu. Tak akan ada yang bisa menghalangi aku untuk mencintai, menyayangi kamu. Deb, aku gak tau harus mulai dari mana untuk meluapkan semuanya. Aku sayang banget sama kamu. Tapi, aku gak pengen kamu tau tentang penyakit yang secara perlahan membuat aku harus ninggalin kamu ini. Jahat emang ya, aku. 
   Debby, 
   Please, jangan pernah terpaku sama gua seorang. Gua hanya cowok brengsek yang pergi ninggalin lo. Gua cuma cowok yang lewat dikehidupan lo sepintas karena jalan lo masih panjang, Deb. Thanks buat semuanya. 


Alvin

   Debby tertegun membacanya. Sakit. Tapi dia seperti mendapatkan ijin dari Alvin untuk membuka hatinya untuk cowok lain yang mungkin Alvin maksud ....

***

   Hai, blog. 
   Sekarang, aku sama Robby abis dari danau favorit kita bertiga, loh. Sekalian Robby belajar mobil. Ini fotonya. Haha, Robby hancur banget deh. Agak jelek sih, tapi gak apa apa deh, lucu. 

PUBLISH POST

   "Lagi ngepost foto kita ya? Jahat deh, haha. Idih, muka aku hancur gitu." Gurau cowok yang ada disamping Debby yang tak lain adalah Robby. Debby tersenyum dan memeluknya. 

2 comments:

Rela Rahmah said...

I like happy ending.. :D

semoga alvin bahagia di surga,
m(_ _)m

Unknown said...

amin :D haha




Hi! Thanks to visit my blog :)

http://www.emocutez.com

Thanks!


Friday, March 11, 2011

Ada Cinta yang Lain

   Debby tertegun di ruang tunggu. Didepannya ada lampu yang bertuliskan "OPERASI" sedang menyala, menandakan ada yang sedang bertarung, bukan bertarung seperti di game - game Street Fighter atau semacamnya, tapi bertarung dengan penyakit ganas yang sedang menggerogotinya. Ya, orang yang sedang memegang setengah hatinya Debby sedang berjuang memenangkan pertarungan itu. 
   "Sabar ya, Deb. Kira - kira kalo operasinya berhasil, setengah jam lagi mungkin Alvin keluar, kok. Pasti operasinya berhasil." Ujar Vera menyemangati Debby. Sekarang dia benar benar merasa iba dengan Debby. Debby menunggu Alvin setelah pulang sekolah. Untung saja, Debby membawa baju ganti. 
   "Kalau berhasil..." gumam Debby nyaris berbisik. "Operasi perkiraan berhasilnya cuma 50%." Debby menunduk. Dia sudah lelah. Tapi, dia ingat yang lelah bukan hanya dirinya, tapi semuanya. Alvin, ibunya Alvin, sahabatnya Alvin, semua yang mengenal Alvin.
   "Sorry ya, lama.Ngantri sih belinya." Kata Robby yang tiba tiba muncul sambil membawa 2 kaleng susu. Robby adalah kembarannya Alvin sekaligus salah satu sahabat Debby yang paling dekat. "Nih, diminum biar hangat." Dia menyerahkan 2 kaleng susu ke tangan Vera dan Debby. 
   Dokter Dony yang menangani operasi Alvin tiba - tiba keluar, "mana keluarga saudara Alvin?" Ibu Alvin yang menunggu agak dipojokkan langsung menghampirinya. Mereka berbicara sebentar, lalu tak berapa lama tangis Ibu Alvin pecah, membuat orang orang yang menunggu operasi Alvin penasaran tak terkecuali Debby, Vera dan Robby. 
   "Sabar ya, bu. Maaf kami telah gagal. Ibu dan semuanya harus terima kalo Alvin sudah pergi."
   Jdeer! Dihati Debby seakan ada petir yang menyamber. Dia paham mengapa Ibu Alvin sekaligus Robby menangis diiringi jeritan. Alvin sudah gak ada. Sudah gak bisa nemenin dia lagi. Tangis Debby yang daritadi sudah ditahannya, akhirnya pecah membanjiri pipi Debby yang putih pucat itu. 

***

   Wangi bunga - bunga pemakaman tercium segar di hidung semua hadirin termasuk Debby. Bau tanah yang basah karena diguyur air hujan semalaman menambah pekat aroma pemakaman ini. Debby menatap lekat palang nisan yang bertuliskan "Alvin Rizaldi".
   "Kenapa lo ninggalin gua secepat ini, Vin?" Tanyanya lirih nyaris berbisik. 
   "Deb, lo harus terima ini semua. Kita semua tahu ini berat. Tapi Deb, biarkan Alvin istirahat." Vera menyemangati Debby.
   Debby memeluk Vera, "eh, udah yuk, kita pulang." Robby menekan tombol yang ada dikuncinya, membuat mobilnya berbunyi bising di tengah pemakaman. Dia tak ingin melihat hal sedih ini terlalu lama karena bagaimanapun juga semua ini telah berlalu begitu saja. Ya, walau yang kini ditinggalkannya disini adalah kembarannya yang dari dulu sudah dia kagumi. 

***

   Malam ini Debby tak bisa tidur nyenyak seperti biasa. Berulang kali dia terbangun dan mengingat Alvin. Kini, Alvin selalu membayangi pikirannya. Daripada gak bisa tidur, Debby memutuskan membuka blog lamanya.

Halo, blog! Udah lama ya aku gak nulis. Sejak tau Alvin sakit berat, aku pun melupakanmu. 
Well, ini emang gak adil. Aku menulisimu lagi setelah Alvin gak ada. Yap, Alvin memang sudah tidak ada lagi. Kini dia telah istirahat dengan tenang untuk selamanya. Tidak perlu lagi dia mengkhawatirkan lagi apa yang menggerogotinya secara perlahan jaringan otaknya dan aku. Dia sudah tak peduli lagi, termasuk aku. Dia tak perlu memerdulikan aku lagi disini yang ditinggalkannya. Aku sedih, galau. 

PUBLISH POST

***

   Debby melangkah gontai kekelasnya. Biasanya setiap pagi dia berangkat bersama Robby dan Alvin. Tapi kali ini tidak karena Robby sama sekali gak bisa bawa mobil. Tiba - tiba Robby melintas di hadapannya tapi dia tak menghiraukannya. Kali ini dia males ngomong sama siapa pun apalagi Robby yang membuat luka hati Debby semakin perih karena Robby mirip dengan Alvin. 
   "Ya ampun, Deb. Lo kok ngacangin gua? Kenapa mata lo? Keliatan suram banget. Begadang?" Tegur Robby, perhatian. 
   "Iya, Rob." Sahutan Debby terdengar jelas kalo dia tak pengen diganggu. "Gua pengen kekelas dulu ya, Rob." Debby meninggalkan Robby yang terpana geje.
   'Sumpah ya, tuh anak tetep cantik' Batin Robby secara tak sadar sambil terdiam di tempat.

***

   Saat istirahat, Debby berkumpul dengan Vera dan Robby. Masing - masing hanya memesan milkshake favorit mereka.
   "Seandainya sekarang ada Alvin pasti asik ya." Kata Debby iseng. 
   Robby yang merasa dirinya gak dianggap, protes, "gua gimana? Gak asik ya?" 
   "Kalo lo mah, yang ada ngeresein, Rob." Timpal Debby sambil terkikik. Robby cemberut tapi dia tahu kalo Vera hanya bercanda. Diliriknya Debby.
   'Dia keliatan bosan ya' Batin Robby. "Deb," panggilnya, "lo kangen banget sama Alvin?"
   Debby tak menunjukkan respon apapun. Dia terlalu males berhadapan dengan makhluk yang satu ini karena wajahnya itu selalu mengingatkannya dengan Alvin. 
   "Deb, asal lo tau, ya. Aku sayang, cintanya gak kalah dari kakakku, Alvin. Gua sayang, cinta sama lo, Deb." Aku Robby.
   Debby dan Vera terdiam mendengar pengakuan Robby. Tak menyangka selama ini Robby memendam perasaannya ke Debby. "Bener?" Tanya Debby tak percaya. Itu kata pertama yang keluar dari lidah Debby. Robby mengangguk mantap. Debby serba salah, "hm, Rob. Kayaknya lo salah orang deh, Rob. Gua bukan buat lo. Masih banyak cewek lain yang lebih pantes dari gua. Lo ketos disini, Rob."
   Robby menggeleng,"gak, Deb. Gua pasti gak salah. Gua yakin sama perasaan gua, Deb."
   Debby menggeleng, "sorry, Rob. Hati gua unavailable." Debby beranjak dari kursinya, "yuk, Ver." Mereka meninggalkan Robby yang duduk sendiri dan matanya pergi mengikuti Debby berjalan. 
   'Suatu saat lo bakal tau rasa gua, Deb.'

***

   "Kenapa lo gak terima Robby aja, Ver?" Tanya Vera ditelpon.
   "Hah, terima? Ya gaklah, Ver. Kalo gua jadian sama Robby, lo dikemanain? Robby kan, cuma sahabat gua, Ver. Sama aja kayak lo." 
   "Iya, gua tau. Kan, pacar juga bisa jadi sahabat, Deb. Coba deh buka hati lo kayak lagu mana tuh, buka hatimuuuuu.... Coba buka hati lo buat dia. Please, deh. Jangan terpaku sama Alvin doang. Anggap aja Alvin udah ninggalin lo, nyampakin lo."
   Debby mulai berpikir. Diam - diam dia setuju juga dengan saran Vera. "Oke, deh. Bakal gua coba. Thanks, Ver." 
   "Oke, your welcome, Debby. Ganbatte ne!" Semangat Vera. "Udah ya, Deb. Gua mau pergi sama nyokap gua, bye." Vera menutup teleponnya dan Debby hanya memandangi layar stand by hpnya yang tak ada apa - apa. 
   'Bener juga kata Vera. Gua akan coba untuk membuka hati.' Suara alunan lagu "Datang dan Kembali"nya Vidi Aldiano terdengar lembut menggema di kamar Debby yang sunyi. Makin lama makin keras, mau gak mau Debby mengambil hpnya.

From : Robby nomer baru

Deb, kita jalan yuk. Gua udah di depan rumah lu ya :D

   Robby yang sms. Hah? Udah di depan rumah?! Debby segera membuka pintu ke balkon dan bener aja. Robby melambai sambil tersenyum. Debby buru - buru kebawah untuk menemui Robby.
   "Eh Rob, kok cepet banget sih? Mendadak lagi." Omelnya.
   "Hehe, supaya lo gak dandan. Soalnya gua suka lo apa adanya." Robby naik kemotornya dan menyodorkan helm buat Debby.
   "Kita mau kemana, Rob?" Robby menyalakan motornya.
   "Udah, liat aja nanti." Kata Robby misterius dan membuat Debby penasaran.
   Robby mengegas motornya dengan cepat sampai sampai Debby memegang jaket Robby. 
   Lama lama, Debby benar -benar tak tau dimana dia sekarang. Jalannya pun, belum pernah dia lalui. 
   "Nah, Ayo turun." Suruh Robby. Mereka berhentin di depan taman yang memiliki danau. Terlihat indah. 
   "Wah, keren banget, Rob!" Debby terkagum kagum melihat pemandangan sambil duduk di salah satu kursi taman yang berwarna putih karena satu - satunya yang menghadap ke danau. "Lo tau darimana tempat begini?" 
   "Yah, gimana, yah. Gua dulu suka main disini bareng Alvin. Lo belum pernah diajak kesini sama Alvin?" Debby menggeleng, "oh ya udah, yang penting sekarang lo tau kan tempat favorit kita berdua. Malam minggu kita disini aja ya." Robby ikut duduk disamping Debby. "Tapi, sebelum maghrib gua harus antar nona manis ini." Goda Robby.
   Mereka saling berpandangan. Saat - saat ini merupakan saat yang terindah bagi Robby. "Aku sayang sama kamu, Deb." Bisik Robby. Debby tidak kaget lagi mendengarnya. Dia tahu itu. 
   Mereka menatap air danau yang begitu tenang secara bersamaan. Seakan ikut membawa ketenangan di hati mereka masing - masing.
   "Oh ya, Deb. Nyokap gua mau ketemu sama lo. Yuk, kerumah gua dulu baru gua antar pulang." Robby beranjak dari kursi dan naik kemotornya. Debby ikut di belakangnya, tak berkata apa apa lagi. 
   Dalam hati Debby bertanya - tanya. Ada apa dengan ibunya Robby? Dia pikir ibunya Alvin sudah melupakannya begitu saja. 

***

   Rumah Robby masih sama seperti dulu. Tak ada yang berubah kecuali warna pagarnya yang masih segar karena dicat ulang. "Ayo, masuk." Robby membuka kan pagar dan pintu rumahnya. Debby pun masuk. Sepi. "Ma, Debby ada, nih." Seru Robby tak jelas arah omongannya kemana. 
   Tak berapa lama, Ibu Robby keluar, menyambut Debby dengan hangat. Robby naik ketangga mungkin menuju kamarnya. "Halo, nak Debby. Ibu udah denger banyak cerita dari Robby. Ayo, duduk." Debby duduk berhadapan dengan Ibu Robby. "Kamu masih belum bisa melupakan Alvin?" Ibu Robby tersenyum.
   Mau tak mau Debby mengangguk sambil malu - malu. "Iya, bu." 
   "Ibu nyuruh kamu kesini cuma mau ngasih ini." Dia memberikan sebuah surat yang masih rapi dan kaset CD. "Ini titipan dari Alvin." Air mata Ibu Robby menetes. "Ibu sama sekali belum membacanya. Silahkan nak Debby melihatnya dirumah."
   Robby muncul tiba - tiba. "Ma, Robby antar Debby, ya." Ibunya mengangguk dan tersenyum. 

***

   Dirumah, Debby merasa penasaran dan mulai menyetel videonya. Alvin. Alvin terlihat segar dan bersahaja di sana. Tak kekurangan apapun. 
   "Halo, Deb. Gua mau nyanyiin lagu ini khusus buat lo. Dengerin, ya." Lagunya Afgansyah Reza - "Terima Kasih Cinta" dibawakan Alvin dengan sempurna bagi Debby. Setelah lagu selesai, video pun mati. Debby membaca surat itu. 

To : Debby Febriana

   Debby,
   Mungkin setelah aku gak ada kamu baru ngeliat, ngebaca surat ini. Terima kasih kalo kamu mau baca surat ini yang kutulis cuma buat kamu. 
   Debby,
   Aku sayang kamu. Tak akan ada yang bisa menghalangi aku untuk mencintai, menyayangi kamu. Deb, aku gak tau harus mulai dari mana untuk meluapkan semuanya. Aku sayang banget sama kamu. Tapi, aku gak pengen kamu tau tentang penyakit yang secara perlahan membuat aku harus ninggalin kamu ini. Jahat emang ya, aku. 
   Debby, 
   Please, jangan pernah terpaku sama gua seorang. Gua hanya cowok brengsek yang pergi ninggalin lo. Gua cuma cowok yang lewat dikehidupan lo sepintas karena jalan lo masih panjang, Deb. Thanks buat semuanya. 


Alvin

   Debby tertegun membacanya. Sakit. Tapi dia seperti mendapatkan ijin dari Alvin untuk membuka hatinya untuk cowok lain yang mungkin Alvin maksud ....

***

   Hai, blog. 
   Sekarang, aku sama Robby abis dari danau favorit kita bertiga, loh. Sekalian Robby belajar mobil. Ini fotonya. Haha, Robby hancur banget deh. Agak jelek sih, tapi gak apa apa deh, lucu. 

PUBLISH POST

   "Lagi ngepost foto kita ya? Jahat deh, haha. Idih, muka aku hancur gitu." Gurau cowok yang ada disamping Debby yang tak lain adalah Robby. Debby tersenyum dan memeluknya. 

2 comments:

Rela Rahmah said...

I like happy ending.. :D

semoga alvin bahagia di surga,
m(_ _)m

Unknown said...

amin :D haha